Text
Membangun Budaya Literasi [ kelas 7-8-9 ]
Sebetulnya saya sudah bosan ikut berbagai seminar. Sering terlintas dalam pikiran saya bahwa ‘seminar is a waste of time’. Tentu saja seminar tidak ada manfaat praktisnya bagi saya yang pensiunan ini. Mungkin juga karena saya sudah mengikuti begitu banyak seminar baik yang berskala regional, nasional, mau pun internasional dan ternyata tak ada tindak lanjut yang berarti setelah seminar-seminar yang gegap gempita tersebut. Setiap kali saya mengikuti seminar saya selalu bertanya dalam hati, “Apa yang saya peroleh dari seminar ini dan apa hikmah yang akan membuat saya melakukan sesuatu setelahnya?”. Jika tidak ada sesuatu yang bisa menggerakkan saya untuk melakukan sesuatu setelah mengikuti seminar yang melelahkan maka sungguh itu akan merupakan ‘a waste of time and energy’ belaka. Tapi Fafi sebagai Ketua Panitia Seminar ini berhasil meyakinkan saya bahwa sebagai pegiat literasi bertemu dengan para pegiat literasi lainnya adalah sebuah kesempatan yang baik. Jadi saya pun menulis makalah dan jadi salah satu pembicara di Kelas Paralel.
Ternyata Fafi benar. Ada beberapa hal menyenangkan yang saya temui pada acara seminar kemarin itu. Pertama, saya bertemu dengan banyak teman yang menyenangkan. Bertemu dengan Pak Budi Darma, Sang Begawan Sastra, tentu sangat menyenangkan meski saya selalu agak kikuk kalau bertemu dengan beliau. Beliau adalah satu di antara sedikit intelektual yang membuat saya grogi kalau bertemu. Wibawa dan kedalaman ilmu beliau memang bisa membuat orang seperti saya yang ‘kendang bunder banter unine’ ini jadi grogi.
Saya juga bertemu dengan Bu Anggie, teman lama yang sudah lama sekali tidak berhubungan. Saya mengenal beliau ketika masih di Madania dan sekarang beliau sudah menjalankan sekolahnya sendiri. Salut…! Saya juga senang bertemu dengan Pak Syamsul Sodiq, Kajur JBSI yang sangat rendah hati tersebut, Pak Najid yang selalu ceria, Pak Diding yang sangat sopan, Pak Budi Nuryanta yang ganteng dan nyentrik, Mas Eko yang berjalan terpincang-pincang karena sekrup kakinya yang masih bermasalah, Fafi yang semakin moncer, salaman sekilas dengan jeng Ella dengan matanya yang berbinar-binar itu. Sayang sekali bahwa Mas Khoiri dan Sirikit tidak hadir meski tulisannya bisa saya baca dan apresiasi di buku proseding.
TS00800 | My Library | Available |
No other version available